Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menyampaikan penyesalannya atas insiden penyerangan yang dilakukan oleh ratusan anggota perguruan silat terhadap Polsek Watulimo pada 21 Januari 2025.
Insiden ini tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik pada fasilitas kepolisian, tetapi juga menimbulkan ketegangan sosial di tengah masyarakat.
Menanggapi kejadian tersebut, Mas Ipin menegaskan bahwa tindakan tegas akan diambil jika para pelaku tidak menunjukkan perubahan sikap.
Bahkan, ia mengancam akan membekukan kegiatan pencak silat di wilayah Trenggalek jika tidak ada komitmen untuk kembali ke jalur yang benar.
Mas Ipin menekankan bahwa perusakan yang terjadi akibat penyerangan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
“Ketika tindakan yang dilakukan sudah merusak aset negara dan mengancam nyawa orang lain, tentu harus ada tindakan tegas,” ujarnya.
Proses hukum sedang berjalan, dengan Polres Trenggalek dan Polda Jawa Timur menyelidiki kasus ini untuk memastikan bahwa pelaku mendapat hukuman yang setimpal.
Menurutnya , insiden ini menunjukkan bahwa ketegangan antar kelompok seharusnya bisa diselesaikan dengan cara-cara yang lebih damai dan beradab, bukan dengan kekerasan.
Sebagai bagian dari budaya lokal, pencak silat seharusnya mencerminkan kedamaian, pengendalian diri, dan penghormatan terhadap orang lain.
Sebagai langkah preventif, Mas Ipin menegaskan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam dalam menangani masalah ini.
Pemerintah daerah tengah melakukan kajian menyeluruh untuk menentukan langkah kebijakan lebih lanjut.
“Jika masing-masing perguruan silat tidak menunjukkan komitmen untuk memperbaiki diri, saya akan mempertimbangkan untuk membekukan kegiatan pencak silat di Trenggalek,” tambahnya.
Mas Ipin menjelaskan bahwa kebijakan ini akan diambil untuk memastikan bahwa pencak silat tidak digunakan sebagai alat untuk kekerasan, melainkan untuk tujuan yang lebih positif.
Menurutnya, pencak silat seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan akhlak, karakter, dan kebijaksanaan dalam diri setiap anggotanya. “IPSI harus fokus pada penggemblengan sumber daya manusia yang berkarakter dan berakhlak baik,” tuturnya.
Mas Ipin juga mengimbau agar seluruh anggota perguruan silat melakukan introspeksi diri.
Ia berharap bahwa setiap individu dalam organisasi pencak silat menyadari betapa pentingnya menjalankan ajaran disiplin dan rasa hormat kepada orang lain. “Aksi-aksi anarkisme seperti ini tidak boleh terjadi lagi,” tegasnya.
Pemerintah daerah berencana untuk bekerja sama dengan IPSI dan perguruan silat lainnya untuk melakukan pembinaan secara lebih intensif.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa anggota perguruan silat benar-benar memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni bela diri ini.
Salah satunya adalah pentingnya mengendalikan emosi dan menyelesaikan masalah dengan cara yang bijaksana, bukan dengan kekerasan.
Sebagai langkah konkrit, Mas Ipin meminta masyarakat, khususnya anggota perguruan silat, untuk berperan aktif dalam menciptakan ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitar.
Ia berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, dan agar pencak silat di Trenggalek bisa kembali menjadi kegiatan yang membawa manfaat positif, baik dari sisi fisik maupun moral.
Insiden di Polsek Watulimo menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat tidak bisa hanya bergantung pada aparat penegak hukum, tetapi juga pada komitmen setiap elemen masyarakat, termasuk perguruan silat, untuk menjaga kedamaian.
Dengan upaya yang sinergis, diharapkan Trenggalek bisa kembali aman dan kondusif, serta kegiatan pencak silat bisa menjadi contoh ajaran budaya yang mengutamakan kedamaian dan rasa hormat antar sesama.