TRENGGALEK- Pasangan Petahana Mochamad Nur Arifin-Syah M Natanegara dipastika tidak akan menang mudah di Pilkada Trenggalek seiring dengan munculnya relawan bumbung kosong yang akan menjadi lawan pasangan tersebut.
Para relawan ini mendatangi KPU setempat untuk melakukan konsultasi. Mereka telah melakukan koordinasi mulai dari tingkat desa hingga kecamatan untuk menjadi lawan petahana.
Ali Maskur, koordinator relawan Bumbung Kosong, yang sekaligus ketua partai Gelora Trenggalek menegaskan bahwa dukungan ini murni atas nama perjuangan demokrasi, dan terlepas dari afiliasi politik dan organisasi manapun.
“Kehadiran kami di sini lepas dari segala baju ormas, LSM, parpol, atau organisasi lainnya. Kami semua datang dengan satu tujuan, yaitu memenangkan Bumbung Kosong,” ujar Ali Maskur saat ditemui di KPU Trenggalek, Senin, (9/9).
Ali menjelaskan bahwa gerakan Bumbung Kosong bertujuan menjaga demokrasi di Trenggalek tetap hidup dan berjalan. Pasalnya, pada Pilkada Trenggalek Tahun 2024 ini hanya satu pasangan calon yang maju, sehingga pasangan tersebut harus melawan kotak kosong atau Bumbung Kosong. Menurutnya, kemenangan Bumbung Kosong akan membuka peluang besar untuk memberikan ruang lebih bagi masyarakat dalam menentukan pemimpin yang mereka inginkan.
“Jika Bumbung Kosong menang, maka Trenggalek akan dipimpin oleh Pelaksana Jabatan (PJ) Bupati, tetapi ini justru memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk kembali memilih di Pilkada serentak periode berikutnya.,” tambah Ali.
Gerakan ini, menurut Ali, bukan hanya soal perlawanan politik, melainkan tentang memberikan opsi kepada masyarakat Trenggalek. Menurutnya, dengan adanya relawan bumbung kosong, Demokrasi akan berjalan lebih baik lagi.
“Teman-teman semua tahu, kalau hanya ada satu calon, demokrasi tidak berjalan dengan baik. Inilah alasan kami bergerak untuk memenangkan Bumbung Kosong,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa seluruh elemen pendukung gerakan Bumbung Kosong telah sepakat untuk tidak terlibat dalam upaya politik praktis apapun dari partai atau organisasi tertentu.
“Di sini yang ada hanya satu, yaitu “cinta Bumbung Kosong”. Kebijakan apapun, pilihan kami tetap pada Bumbung Kosong,” jelas Ali.