PULE – Jalan lingkar yang menghubungkan Pule – Bangunsari dan Bangunsari – Prapatan kini mulai dikerjakan dan ditargetkan rampung di akhir tahun anggaran 2024 ini.
Dengan rampungnya perbaikan jalan dengan panjang sekitar 5,8 kilometer itu, membuat perlahan jalan Lingkar Pule mulus.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Ramelan mengatakan agar kualitas pekerjaan maksimal pihak rekanan masih harus melakukan beberapa pekerjaan tambahan
“pengerjaan masih lapis pertama, nanti bakal dilengkapi lagi dengan lapis aus permukaan,” terang Ramelan.Senin (30/09/2024)
Namun demikian, walaupun belum seratus persen terselesaikan, kondisi jalan Lingkar Prapatan-Bangunsari – Pule sudah layak untuk dilewati pengendara.
“Walaupun belum selesai total, Tapi mulai jalur turunan sampai naik jalannya sekarang sudah layak untuk dilewati,” kata Ramelan.
Meskipun begitu, pemerintah masih memiliki tanggungan untuk menuntaskan perbaikan jalan ke arah Pule yang lain
“Bila ruas jalan lingkar Pule-Bangunsari, Bangunsari-Prapatan ini selesai dikerjakan maka Lingkar Pule nyaris terselesaikan. Tinggal akses Pule ke Nglinggis dan juga ke Ngepeh, Kecamatan Tugu,” imbuhnya.
Dikatakan oleh Ramelan pemerintah telah menggelontorkan sebanyak Rp 9 miliar dari Rp 10 miliar dana Bantuan Khusus Provinsi Jatim ke wilayah Pule.
“Alokasi dana bersumber dari Bantuan Keuangan Provinsi sebesar Rp 9 miliar dipersiapkan guna perbaikan jalan di Pule,” ujarnya
Jalan Lingkar Pule Masih Belum Tuntas
Pihaknya mengakui jalan yang diperbaiki itu tidak sepenuhnya bisa menjawab tuntutan menyeluruh warga.
Kondisi itu lantaran jalan mantap di Kabupaten Trenggalek dinilai pemerintah pusat mencapai 72 persen dari total sekitar 860 ribu kilometer.
Berdasarkan kriteria Kementerian PUPR, lanjut Ramelan, bantuan dana alokasi khusus bisa diberikan kepada daerah yang jalan mantap-nya dibawah 65 persen.
Untuk itu, perbaikan jalan secara bertahap menjadi langkah yang bisa dilakukan pemerintah.
“Termasuk yang dipermasalahkan warga Pule, secara menyeluruh memang kondisinya belum mantap. Penyebabnya panjang jalan dan anggaran yang pas-pasan,” jelasnya.
Dia menyebut rusaknya jalan di daerah itu dipengaruhi oleh usia infrastruktur, bukan soal kualitas bahan yang digunakan maupun lalu lalang kendaraan berat yang melebihi tonase.
Selain usia, kerusakan itu diperparah dengan cuaca ekstrem yang mengakibatkan sejumlah bencana alam di Trenggalek beberapa tahun lalu.