Batik Difabel Trenggalek Inovasi Kombinasi Seni Tradisonal Dan Aksara Braille

Trenggalek – Di tengah kekayaan budaya batik Indonesia, Kabupaten Trenggalek memperkenalkan sebuah inovasi yang menggabungkan seni tradisional dengan kepedulian terhadap difabel.

Batik khas Trenggalek ini menjadi yang pertama di Indonesia yang memadukan pola bahasa isyarat ejaan jari dan Braille, memberikan makna lebih dalam pada setiap helai kain yang dihasilkan.

Pertama kali diciptakan pada 2019 oleh Yayasan Disabilitas Naeema, batik ini tidak hanya mencuri perhatian karena keunikannya, tetapi juga menjadi simbol penting dalam upaya meningkatkan kesadaran dan inklusivitas bagi kaum difabel.

Taryaningsih, Ketua Yayasan Disabilitas Naeema, mengungkapkan bahwa ide pembuatan batik ini muncul secara tidak sengaja.

Pada awalnya, pihaknya hanya berencana membuat batik untuk lomba guru berprestasi dan berdedikasi.

Namun, setelah batik tersebut selesai, respon positif datang dari berbagai pihak, termasuk Bupati Trenggalek yang langsung memesan batik tersebut.

“Kami awalnya hanya ingin membuat batik untuk lomba, tetapi setelah selesai, banyak yang tertarik, termasuk bupati yang langsung memesan,” ujar Taryaningsih.

Sejak saat itu, batik dengan pola bahasa isyarat dan Braille ini mulai diproduksi lebih luas.

Pola ejaan jari dan Braille dalam batik ini bisa disesuaikan dengan permintaan, sehingga setiap kain memiliki makna khusus bagi pemiliknya.

“Kami tetap mempertahankan unsur isyarat disabilitas di setiap desainnya, agar maknanya tetap kuat,” kata Taryaningsih, menegaskan komitmen untuk menjaga pesan sosial di balik setiap desain.

Meskipun terlihat sederhana, pembuatan batik ini membutuhkan ketelitian yang tinggi, terutama dalam tahap mencanting.

Jika malam batik terlalu encer atau suhu terlalu dingin, pola isyarat dan Braille bisa rusak dan menjadi sulit terbaca.

“Kita harus benar-benar memperhatikan kelembapan malam batik, kalau tidak, pola isyarat dan Braille bisa tidak jelas,” jelas Taryaningsih.

Selain pola bahasa isyarat dan Braille, batik ini juga dihiasi dengan motif bunga cengkih dan bunga teratai.

Bunga cengkih melambangkan kekayaan Trenggalek, sementara bunga teratai menggambarkan cinta dan kehidupan.

Kombinasi elemen-elemen ini menjadikan batik ini lebih dari sekadar kain, tetapi juga sebuah karya seni yang sarat akan makna sosial dan budaya.

Melalui karya batik ini, Yayasan Disabilitas Naeema berharap dapat memperkenalkan konsep inklusivitas dan kepedulian terhadap difabel kepada masyarakat luas.

Batik ini bukan hanya simbol kecantikan visual, tetapi juga sebuah pesan bahwa seni tradisional dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran sosial, serta memperlihatkan dukungan terhadap teman-teman difabel di Indonesia.